Suatu hari aku ingin menghitung banyaknya kerlip lampu kota Paris yang kemilau di matamu itu. Sambil menikmati malam dan hembusan angin bulan Juni. Kita 'kan berhadap-hadapan, berbincang tentang semua sinar, pijar dan segala cahaya yang bersinar terang di setiap galaksi.
Suatu hari nanti, akan ku ceritakan bagaimana bau ilalang malam hari, kemarau di bumi dan bulan yang nampak indah dari sini. Seperti juga aku, kau pun harus menceritakan padaku semua yang ada di langit. Berceritalah tentang suasana angkasa, dan beritahu aku bagaimana rasanya berada di dekat purnama, bagaimana rasanya menyambut fajar dan mengantar senja, dan dapatkah kau melihat kerlip kecilku sebagaimana aku melihatmu saban malam?
Seperti saat ini, ketika langit menghampar gulita dan dirimu bersolek dengan berjuta-juta cahaya. Berdebarlah jantungku, tak sedetikpun terlintas dalam benak ini untuk berhenti dan memalingkan pandang darimu. Sontak, dalam otakku selalu terbayang wajahmu.
Malam ini engkau adalah Eshter, Shinta, Hawa dan Juliet bagikuku. Ingin rasanya aku terbang lebih dekat kepadamu, menyentuhmu, mendekapmu. Namun apa daya, aku tak mampu.
Aku cuma kunang-kunang yang berkelap-kelip di sela hembusan angin malam. Aku cuma makhluk kecil yang berangan-angan begitu besarnya, begitu musykilnya.
Akulah kunang-kunang, yang setiap malam menyanyikan kidung kerinduan dan lagu patah hati kepadamu. Engkau yang berpijar dengan hebatnya, mampukah mendengar jeritan jiwaku yang memanggil namamu ini? Bintang, akulah itu... kunang-kunang yang jatuh hati padamu, yang tak bisa memilikimu.
Suatu hari nanti, akan ku ceritakan bagaimana bau ilalang malam hari, kemarau di bumi dan bulan yang nampak indah dari sini. Seperti juga aku, kau pun harus menceritakan padaku semua yang ada di langit. Berceritalah tentang suasana angkasa, dan beritahu aku bagaimana rasanya berada di dekat purnama, bagaimana rasanya menyambut fajar dan mengantar senja, dan dapatkah kau melihat kerlip kecilku sebagaimana aku melihatmu saban malam?
Seperti saat ini, ketika langit menghampar gulita dan dirimu bersolek dengan berjuta-juta cahaya. Berdebarlah jantungku, tak sedetikpun terlintas dalam benak ini untuk berhenti dan memalingkan pandang darimu. Sontak, dalam otakku selalu terbayang wajahmu.
Malam ini engkau adalah Eshter, Shinta, Hawa dan Juliet bagikuku. Ingin rasanya aku terbang lebih dekat kepadamu, menyentuhmu, mendekapmu. Namun apa daya, aku tak mampu.
Aku cuma kunang-kunang yang berkelap-kelip di sela hembusan angin malam. Aku cuma makhluk kecil yang berangan-angan begitu besarnya, begitu musykilnya.
Akulah kunang-kunang, yang setiap malam menyanyikan kidung kerinduan dan lagu patah hati kepadamu. Engkau yang berpijar dengan hebatnya, mampukah mendengar jeritan jiwaku yang memanggil namamu ini? Bintang, akulah itu... kunang-kunang yang jatuh hati padamu, yang tak bisa memilikimu.
0 Comments