Perempuan, sejenak saja. Tajam jejak tatap matamu tancapkanlah pada tumpuan gatra kami. Kami yang membisu di antara rasa
kagum, resah dan gelisah masih belum kuasa mengeja pesonamu yang membuat rembulan iri hati.
Mengertilah. Di hadapan anggun jelitanya dirimu, tiada berdaya keperkasaan jiwa kami yang senantiasa mempecundangi dunia. Semuanya berbalik berubah haluan, bahkan dunia ganti mempecundangi kami hanya dengan satu kata... 'Cinta'.
Demikianlah kami yang terbuai akan mimpi memeluk jiwamu. Seperti mengharap udara segar di tengah kota yang tercemar oleh bahan radioaktif. Kami berangan-angan terlalu tinggi, nyaris mustahil. Jangankan memeluk jiwamu, beradu pandang denganmu saja sudah hancur lebur hati ini. Dan kami sadar itu. Tetapi cinta ini terlalu liar tumbuh di hati. Kami pun tak bisa apa-apa.
Sejenak saja, Perempuan. Sebelum ajal merentantangkan tangannya untuk menyambut kita. Sepersekian detik saja, rasakanlah betapa menggunungnya mahligai cinta yang sudah kami bangun untukmu. Rasakanlah betapa luas
cakrawala senja yang sudah kami gurati kata cinta sebagai puisi untukmu. Sejenak saja, rasakanlah.
cakrawala senja yang sudah kami gurati kata cinta sebagai puisi untukmu. Sejenak saja, rasakanlah.
0 Comments