Ada rindu saat waktu memainkan perannya bersama jarak. Seolah-olah sabda yang tertutur dari langit, jwaku hendak memberontak namun tertitah berpasrah.
Aku hanya di tuntut untuk menunggu sampai nanti waktu kembali mengecup hatiku yang gundah, yang jengah ďi gelayuti mendung kerinduan yang gelap dan tebal.
Ya! Waktu pula yang nanti akan memancarkan cahaya-cahaya kasih hingga tercipta bulir-bulir embun asmara dan mencairkan segunung rindu yang menyesakkan dada. Waktu akan melakukan semua itu. Dan hal tersebutlah yang menuntutku untuk menunggu dan menunggu sebagaimana yang telah termaktub; semua akan indah pada waktunya.
Namun, sebelum waktu itu datang menyibak gelapnya mendung kerinduan yang bergelayutan di hatiku. Aku seolah-olah akan tetap menjadi seorang pesakitan yang duduk resah di hadapan yang mulia hakim untuk mendengar vonis hukuman mati baginya. Sebelum waktu datang memperindah segalanya, jiwaku tetap gelisah ďi bayang-bayangi kerinduan. Sebelum waktu itu datang aku tetap merindu.
0 Comments