Mulanya saya harus mengucapkan selamat datang kepada para
calon mahasiswa baru yang begitu polos dan mudah dipengaruhi. Selamat pula atas
gelar ‘maha’ yang akan disandang sampai wisuda nanti, semoga setelah menyandang
gelar tersebut, calon-calon mahasiswa ini bisa mempertanggungjawabkan
ke’maha’annya dengan sebaik-baiknya dan sehormat-hormatnya. Jika sekiranya
tidak sanggup, ada baiknya untuk tidak melanjutkan niat berkuliah dan gunakan
uang persiapan kuliah tersebut sebagai modal usaha, itu lebih baik bagi bangsa
dan negara.
Selanjutnya, saya harap para calon mahasiswa ini bisa enjoy di UTM (satu-satunya Universitas
terbaik, termaju, tergahool ter..
ter.. lainnya se-Madura). Lupakan kabar betapa kerasnya hidup di Telang dengan
ancaman begal dan rampoknya. Lupakan gengsi UTM yang masih kalah pamor begitu
jauh dibanding kampus negeri yang lain. Lupakan itu semua, mulailah bersyukur
masih bisa masuk kampus negeri –meskipun semi pinggiran dan tidak terlalu
terkenal.
Jangan panik dan kaget, tetaplah enjoy di UTM, apapun yang terjadi. Sebab, ketahuilah, kampus – wa bilkhusus UTM –hanyalah panggung dari
sekian rentetan drama. Kita bisa menikmati drama-drama yang konyol dan
menggelikan itu apabila tetap santai dan tak mudah terbawa arus.
Karena tidak ada yang benar-benar baru di kolong langit.
Semua terus berjalan pada polanya masing-masing, begitu pula kehidupan kampus.
Drama-drama itu akan tetap sama, semakin tahun semakin membosankan.
Namun tetaplah perlu diketahui, drama yang pertama tersaji
ada di dalam kegiatan bernama Ospek. Akan ada beberapa hal yang lucu di
pagelaran ‘drama’ tahunan tersebut. Selain dari para senior yang berlomba-lomba
memburu informasi maba (baik nomer WA maupun latar belakang) jauh hari sebelum
Ospek dimulai, ada pula pembagian peran protagonis-antagonis saat Ospek itu
sendiri berlangsung. Saat saya menjadi Maba pernah saya bertanya-tanya, apakah
tujuan Ospek dan hal-hal lucu itu hanya sebagai ajang cari muka dari para
senior? Sekarang, saya membenarkan itu.
Keluar dari pengetahuan taktik strategi politik kampus dan
tetek bengeknya, ketika itu saya tahu bahwa drama tidak berhenti sampai senior
yang suka marah-marah saat Ospek mulai meminta maaf dan dengan konyolnya
menjadi sok akrab. Saya sadar, drama terus berlanjut pasca Ospek!
Kakak-kakak senior yang sudah mulai dikenal berkat panggung
Ospek, setelah itu mulai bergeriliya mencari kenalan Maba. Alih-alih membimbing
dengan ngopi sana-sini, nyatanya kebanyakan dari mereka hanya berusaha
memasang jerat di leher para maba agar
bisa lebih mudah digiring masuk ke dalam organisasinya. Ini lagu lama, tapi
maba sebaiknya tahu akan hal ini. Setidaknya ketika diajak ngopi kakak-kakak
yang lucu tersebut, perasaan baper tidak hinggap di hati yang polos itu.
Kemudian percaya atau tidak, kelak, para senior akan
menawarkan para maba masuk kedalam organisasinya dengan iming-iming ideologi
madzhab, persaudaraan, jabatan dan bahkan cinta. Padahal pangkal dari semua itu
sama saja; butuhnya banyak kader baru dalam organisasi demi mendongkrak
eksistensi dan pengaruh lewat pemilu raya dan kegiatan lain dalam kampus.
Dari sini, kita bisa mengamini bersama-sama bahwa kampus
benar-benar miniatur negara kita. Semua drama tersaji, semua trik dijalani,
semua topeng dipakai. Nun disuatu kesempatan, jika jeli, kita akan tahu kalau korupsi
dan nepotisme merupakan hal biasa di lingkungan yang penuh dengan ‘idealisme
monyet’ ini.
Omong-omong, sedikit bocoran mengenai nepotis yang marak
terjadi di kampus, pun disaat perekrutan panitia ospek. Hal demikian tergambar
dalam satu istilah, jika bukan sahabat, tak mungkin diangkat, jika bukan dinda
sendiri tak mungkin dipilih. Demikianlah kampus kita. Tak ada pelangi dengan beragam
warna disini, kebanyakan civitas akademika
UTM lebih senang melihat satu warna
saja.
Apakah hal yang demikian salah, semua kembali pada konsepsi
ideologi masing-masing. Yang jelas hal tersebut seakan sudah lumrah di kampus
ini, semcam tradisi turun-temurun. Mahasiswa baru, kemudian menjadi semacam
objek yang diperebutkan, objek yang menjadi target sasaran dari setiap
organisasi.
Begitulah, kepada para calon mahasiwa baru UTM, semoga tetap
enjoy disini, selamat menikmati drama
yang segera terjadi. Terakhir, mengutip nasihat orang tua, tetaplah Ileng dan waspodo. Jangan mudah percaya pada siapapun, juga tulisan ini.
Karena saya orangnya suka bercanda dan mengingat kebenaran hanya milik Tuhan
belaka.
Satu lagi, ingat lagu lawas yang dipopulerkan Godbles, dunia ini panggung sandiwara,ceritanya mudah
berubah.
*pertama dipublikasikan di buletin selebaran LPM SMbaca tulisan lainnya diweb LPM Spirit Mahasiswa,
0 Comments