
Dik…
langit itu hitam, ya. Persis dengan kopi yang tersaji di depanku, gelap dan
pekat bak gerai mayang rambutmu yang menggelombang jauh menuju pantai-pantai
asing tak bernama. Hingga pada akhirnya kita tersadar itulah jiwaku. jiwa
kasih, jiwa sayang, jiwa yang menyanjungmu tiada habis-habisnya. Jiwa yang
terus ingin memberi dan tak pernah meminta. Jiwa yang menungetuk pintu hatimu,
lembut sekali. Tidakkah kau mendengarnya, Dik?
Kau yang
menggema dalam relung batinku menjelma angin yang pelan-pelan berhembus membawa
nada-nada serta sajak para pujangga terdahulu. Menggema-gema, menggaung-gaung
di dinding hatiku yang hitam, dingin dan kelam.
Mari,
Dik. Sejenak saja rehatlah berlarian di pikiranku. Tenang, duduk saja
disampingku, temani aku. Sebab sepi mulai kurang ajar dan hatiku memintamu
untuk berdua saja bersamaku. Ya, sendiri disaat begini alangkah tak baiknya.
Maka kemarilah, Dik. Kemari denganku, Sayang.
Genggam
tanganku erat, kan ku bawa ka menuju bulan bundar yang bersinar di atas sana.
Kita tinggalkan bumi dengan segala kegaduhannya, juga kita tingglakan manusia-manusia
di dalamnya tak henti bersandiwara satu dengan yang lainnya. Tahulah kau, Dik,
cinta kita begitu agungnya tanpa sandiwara yang menjemukan, seprti oase.
Itulah, Dik, cinta yang ada di antara kita.
Maaf,
dik. Bukan maksud hati bermanis-manis kata, tetapi inilah suara jiwa. Bukankah
segala kebajikan bersumber dari sini, bukan dari hal-hal lainnya, apalagi dari materi,
harta dan juga tahta, bukan, Dik, demikian hanya sumber bencana. Hanya sedikit
kebajikan dapat ditemui disana.
Mengapa
kau ragu, Dik. Mari, mari ikut aku. Cinta kita terlalu suci untuk berada di
dunia yang busuk ini. Lihat mereka, saling tuduh satu sama lainnya. Fitnah jadi
suatu yang wajar. Lihatlah, orang-orang itu memiliki seribu wajah berbeda,
melebihi Rahwana. Terlalu banyak omong kosong berhamburan disini. Pembualan
besar-besaran, beruntunglah cinta kita yang terbebas dari semua itu, Dik.
Ah,
langit masih hitam dan bintang setia menabur. Ku rasai angin memburu dendam di
setiap penjuru. Sudah jam berapa ini? ayo, Dik, cepat! Kita bergegas menuju
bulan, ucapkan salam perpisahan pada bumi dan orang-orang di dalamnya yang tak
mengenal kata puas.
0 Comments