Kesepian, Natal, dan Gelisah

Hasil gambar untuk cemara sunyi
google.com


Untuk sesorang yang membuatku merasa sepi malam ini

I
Ku tulis puisi ini ketika malam bulat genap
Langit yang kelam serta angin malas beringsut
Dalam gelisah hatiku berkata
Bagaimana kalau ku tulis kata-kata romantis untukmu saja?

Hatiku yang ganjil pelan berbisik
Jauh di kolong langit banyak hal tak beres terjadi
Polisi yang lamban dalam kasusnya,
Orang yang mati sia-sia, Perang tiada akhir
Sampai kudeta licik kaum-kaum berdasi

Sesuatu itu memaksaku terjaga
Karena selain kabarmu yang ku rindukan
Ketololan yang menghias teve-teve
Pun turut andil meresahkan hati

Rasanya aku tak bisa tidur malam ini

II
Ku dengar Rendra berpuisi dari surga
Mengutuk-ngutuk penyair dengan anggur
Dan rembulan yang penuh di sajak-sajaknya

Ku dengar Chairil menggebu-gebu
Mengepal tangan dan berseru
Bagimu negri menyediakan api

Sedang di bumi yang sepi
Telah ku benarkan apa yang Soe Hok Gie tulis
Dan dunia hanyalah palsu dan palsu!

III
Kita dalam hidup yang tak menyenangkan, dik
Kuliah dengan segala aturan yang tersedia
Terbebani akan tuntutan nilai-nilai
Tolak ukur konvensioanal yang tak cocok untuk jiwa kita

Sampai kau dan aku, kita
Terjebak dalam paradigma kuno yang mengekang
Kita pun mulai mengerti kekolotan yang terjadi
Merasai jenuh yang merambat menuju puncaknya

Namun apa harus kita perbuat
Sedang pengalaman tak bisa berdusta
Terkutuklah kita yang termangu-mangu
Yang hidup hanya sekedar menumpang tempat di bumi

Natal, jam dua malam ketika rasa melankolis tiba-tiba melanda.
 

Post a Comment

1 Comments

Idatus Sholihah said…
Ah! Kamu masih tetap saja, Ju.