taek babbah!

                   
 
Tiada Percakapan

Untuk Ach. Yusuf dan kisah cintanya
Kita tidak lagi bicara mengenai bulan merah jambu
seperti malam-malam dulu. Ada sesuatu yang ghaib
menahan saya dalam isyarat musykil diantara lorong
dan belenggu setia atas nama cinta dan perkawanan.

Mengapa kamu sempat menagis saat saya melebur
bersama pekat malam serta dinginnya udara?

Adakah rindumu selalu untuk saya seperti
Percakapan yang sempat kita bisikkan pada embun
yang basah dan udara yang setia menjemput kabarmu
kepada saya? Adakah kamu masih menanti udara itu?

Seperti yang pernah saya ungkapkan kepadamu, kita
Dalam hidup yang tidak menyenangkan. Jangan menangis!
Lihat, pangeranmu datang seperti harapanmu silam. Pangeranmu
yang entah siapa, menghapus jejak saya dalam matamu.

Kemudian kita benar-benar tidak saling bicara
dan kamu tidak lagi menangis karena itu.


judul

 Huruf-huruf mengalir dalam lekuk nama yang tak sempat
diterjemahkan waktu. Dan kamu pasti mengerti bagaimana
dewi bulan menitis dalam sekepak senyum yang pernah
saya sanjung bersama ombak di malam sepi kala itu.

Kamu pasti mengira saya adalah Bhisma yang melepas
Amba setelah mencurinya dari Salwa? Tetapi bukan itu,
saya hanya Raju. Lelaki yang mabuk di simpang jalan
bernama kehidupan. Dan kamu tak perlu merindu-dendam.


Mimpi dan Pertanyaan-pertanyaan

Saya mulai jenuh di tapal batas tanda tanya yang melingkar
atau mengerucut dalam batok kepala. Mungkin saya harus
sekali lagi bertanya, apakah mimpi itu hanya bunga tidur
semata? Apakah meraih mimpi hanya omong kosong dan klise?

Di hening malam ketika sepi bertafakur dan rembulah sedang
telanjang di jelaga warna langit, sejuta tanda tanya datang
menjelma serigala-serigala yang siap mengoyak Romulus.
Saya ketakutan, saya tidak bisa menjawab apa-apa.

Saya coba berlari mengitari jam dinding. Masih pukul tiga,
matahari belum tiba. Sementara itu, dingin terus merambat
dan pelan-pelan menikam saya, perlahan membunuh saya.
Saya sekarat dikala shubuh datang, dan mimpi menjadi racun.

akhir Agustus yang penuh kemelut. jancok!

Post a Comment

0 Comments