Lang zal hij/ze leven,
In de gloria,
In de gloria,
In de gloria!
In de gloria,
In de gloria,
In de gloria!
Jakarta Terus Berubah, Tetapi Aku Tetap
bulan yang redup kan tiba
menyinari dadamu seperti pualam
maka tunggulah sebentar
sebab, meski jakarta terus berubah
aku masih tetap
kata rindumu masih di sini
tumbuh jadi belantara sesak
tempat burung-burung bercinta
kau tak perlu risau padaku
meski kota ini terus berubah
aku masih tetap: tualang majnun
yang mengembara
yang tersesat
yang meminta mati bahagia
di ikat belukar kata rindumu
Mon Amour
aku pergi, cinta, menuju kota yang tak pernah bisa
kau lipat jaraknya. menemui naga-naga dan bencana
juga badai yang lelah sejak jalan-jalan setapak
berganti cor dan beton berwarna kelam
aku pergi, cinta, sebelum matahari tergelincir
dan kau menangis pelan-pelan, sendirian
di dalam kamar yang kau maknai sebagai sunyi
tiada bertepi: kau menangis dan terus
penantian yang panjang, katamu
sedang usia begitu pendeknya
kau lelah sendirian, musim-musim berganti
kau habiskan hari-harimu menghitung bulan
sedang aku terus saja bertualang:
membunuh naga-naga
menghadang bencana
dan meredakan badai
di dada
Buat C.I.K
malam yang jatuh di betismu
lumer menjadi lagu-lagu rindu
kekasih, tidakkah kau tahu
setiap pukul tiga telah kukenang wangimu
sebagai dupa yang dinyalakan petapa
di gubuk-gubuk kecil lereng gunung arjuna
namamu kusebut
meski angin kadang tak ramah
membawa perih kesal
dan terus menebalkan rindu
kau yang selalu datang di mimpiku
seperti wahyu langit; turun dan menjelma
jadi dewi-dewi kekasih surgaloka
dapatkah kutatap lagi sebelas bintang
rembulan dan matahari di matamu
sebagaimana seorang nabi yang melihat itu
di mimpinya berabad-abad silam?
Kota Bambu Selatan, 19 Juli 2023
0 Comments